mosque

Puasa Syawal

OK

Alhamdulillaah, minggu lalu telah menyelesaikan puasa Syawal 1443H setelah beberapa tahun tidak mendirikannya.

Dalam bulan Ramadhan 1443H kemarin, saya memang sudah meniatkan untuk berpuasa Syawal, meskipun ada sedikit keraguan saya akan mampu menyelesaikan 6 hari puasa tersebut.

Puasa Syawal tahun ini saya memang tidak langsung mendirikannya sehari setelah lebaran, mungkin sekitar seminggu setelahnya baru saya mulai berpuasa Syawal.

Puasa Syawal pertama saya jalani lebih lemas daripada puasa Ramadhan sebelumnya. Mungkin dipengaruhi karena tidak makan sahur, dan sehari sebelumnya juga saya hanya makan sedikit. Makanya saya sempat merasa lebih lemas dari biasanya, meskipun aktivitas tidak begitu banyak secara fisik seperti jalan kaki berkilo-kilo meter secara akumulatif seharian, dan sama sekali saya tidak berolahraga berat.

Dalam beberapa kali WFO (Work From Office) saya juga tetap puasa Syawal. Kadang saya sempat sahur, dan kadang juga tidak. Kalau dibilang lemas, rasanya tidak juga. Tidak seperti puasa Syawal pertama beberapa hari sebelumnya.

Tantangannya

Yang paling berat dari puasa Syawal adalah kondisi dimana puasa ini tidak banyak orang yang mendirikannya. Jadi ada jauh lebih banyak godaan saat berpuasa Syawal. Dimana-mana kita akan sangat mudah melihat orang makan dan minum. Bulan Ramadhan, meskipun tidak semua orang berpuasa, tapi setidaknya orang-orang segan untuk makan/ minum didepan umum.

Karena tidak banyak orang yang mendirikannya, maka jauh lebih besar kemungkinan akan sulit untuk menemukan teman yang sama-sama mendirikannya. Adanya teman yang bersama-sama mendirikannya setidaknya bisa membantu untuk saling menguatkan, biar tidak tergiur melihat orang makan/ minum di siang hari yang panas (misalnya).

Selain hal tersebut diatas, saat puasa Syawal seperti ini, karena bukan bulan Ramadhan lagi, beberapa bahan takjil sama sekali tidak ada di pasar lagi.

Sebut saja buah timun suri, cincau, dan selasih.

Saya sempat ke 2 pasar untuk mencari buah timun suri, namun hasilnya nihil. Bahkan beberapa pedagang sempat hampir tertawa mendengar saya menanyakan buah tersebut. Mereka mengatakan bahwa buah timun suri tidak ada lagi yang tersedia diluar bulan Ramadhan.

whatever

Sedih juga rasanya buah timun suri sudah tidak beredar di pasar setelah lebaran, karena saya sangat suka buah ini untuk dijadikan takjil.

Apa boleh buat, untuk takjil puasa Syawal ini saya menggunakan buah pepaya, melon, buah naga + nata de coco + syrup + susu untuk dibuat sebagai es buah. So, nothing to worry about.

Hari puasa Syawal

Puasa Syawal tahun ini saya tidak berpuasa setiap hari selama 6 kali berturut-turut. Puasa syawal saat WFO atau WFH rasanya tidak begitu banyak perbedaan berarti. Ada aktivitas sangat membantu untuk membuat lupa sejenak tentang waktu dan cuaca yang rasanya lebih sering panas (cerah) dibanding hujan.

Oh iya, kenapa saya mau berpuasa Syawal?

Mungkin sudah banyak orang yang tahu dan sadar kalau orang yang puasa Syawal Insha Allah akan mendapatkan amal ibadah puasa selama setahun lamanya. Terus terang itu bukan motivasi utama saya.

Dalam puasa Syawal ini, selain untuk membiasakan diri untuk mendirikan ibadah sunnah, saya berusaha untuk “melakukan transisi” dari puasa Ramadhan.

Saat lebaran dan beberapa hari setelahnya kita banyak makan makanan yang berlemak, manis, berminyak, dan berbahan “processed food” yang sebelumnya dalam bulan puasa konsumsinya sangat terbatas. Dalam puasa Syawal ini saya ingin berusaha untuk setidaknya membuat tubuh saya bisa membakar kalori-kalori yang “tertimbun” dari beberapa hari makan makanan yang enak-enak setelah lebaran tersebut.

Puasa sangat baik untuk kesehatan. Mohon maaf mungkin saya belum mampu menyebutkan sumbernya secara ilmiah, namun beberapa waktu yang lalu saya membaca/ menonton bahwa berpuasa malah bisa membantu proses penyembuhan kanker. Mungkin karena dengan berpuasa asupan makanan yang masuk kedalam tubuh kita jadi jauh lebih terbatas dan terkontrol, sehingga organ pencernaan dan lain-lain dalam tubuh kita punya kesempatan untuk membersihkan tubuh kita dari toxin-toxin yang sudah lama bersemayam. Nah, dengan adanya manfaat tersebut, maka bukan tidak mungkin kita akan mendapat banyak manfaat kesehatan dengan berpuasa.

Saya juga sadar bahwa makin lama berat badan saya sudah cukup berlebihan, aktivitas olahraga tidak begitu banyak, dan kemampuan metabolisme manusia pada umumnya semakin lama cenderung menurun. Oleh karena itu, dengan pertimbangan kesehatan tadi, puasa Syawal ini Insha Allah akan sangat membantu.

Semoga kawans sekalian juga tetap semangat mendirikan ibadah, termasuk ibadah puasa sunnah Syawal karena banyaknya pahalanya dan juga manfaatnya untuk kesehatan dan lain-lain seperti untuk pengendalian diri.

Cheers. Wassalaam.

Share the Post
Rizqi Fahma
Rizqi Fahma

I read, I write, I bike, I swim, but I don't smoke.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.