I don’t choose either
Wabah COVID-19 alias virus Corona sudah mulai masuk ke Indonesia sekitar bulan Februari 2020, dan berita konfirmasi adanya kasus positif virus Corona mulai tersebar pada awal Maret 2020. Ketika ditemukan kasus positif COVID-19 dari peserta acara tari di sebuah cafe di Jakarta.
Awal-awal virus Corona masuk headline berita, kita semua masih santai-santai saja. Karena waktu itu masih terjadi di China. Namun beberapa waktu kemudian negara-negara lain menunjukkan tingginya kasus warganya yang positif virus Corona. Enter: Italia, Iran, dan Spanyol. Lalu kemudian terakhir (per 20 Mei 2020, di Amerika sudah ada 1,5 Juta lebih kasus positif virus Corona).
Setelah kasus virus Corona menjadi semakin tinggi di Indonesia, pemerintah mulai menghimbau masyarakat untuk melakukan social distancing. Dan perlahan-lahan sekolah, kantor, dan fasilitas publik lainnya dibatasi aktifitasnya. Termasuk kantor saya.
Kantor: WFH (Work From Home)
Setelah isu kegiatan di kantor di Jakarta harus dibatasi karena virus Corona, akhirnya kantor saya mengeluarkan instruksi kepada karyawannya untuk bekerja di rumah alias Work From Home (WFH) pada tanggal 16 Maret 2020.
Awalnya saya agak pesimis bahwa WFH ini betul-betul akan segera diterapkan di kantor, karena tentu saja itu membutuhkan proses decision making yang panjang. Selain itu, selama ini ide work from home atau kalau di kantor term yang paling mirip maknanya adalah flexible working arrangement (FWA) sejauh ini masih sekedar jargon, dan belum pernah secara sungguh-sungguh di-encourage kepada karyawan.
Makanya saya merasa terkejut, sekaligus bersyukur dengan sigapnya para pembuat kebijakan di pemerintahan dan di kantor untuk meminta para pegawai dan karyawan untuk bekerja dari rumah. Nobody wanted to be infected by the virus, right?
Pola kerja dan pola hidup ikut berubah
Kalau sebelumnya kegiatan perkantoran saya mulai jam 08.00 – 17.00 WIB, setelah WFH rasanya jam kerja menjadi lebih flexible (tergantung dari item pekerjaan), dan bagi karyawan seperti saya kebijakan tersebut sangat patut diapresiasi.
Secara umum beberapa manfaat dari kebijakan Work From Home (WFH) adalah:
- Tidak ada lagi waktu berjam-jam yang dihabiskan untuk commuting dari, dan kembali ke rumah, karena pekerjaan dilakukan dari rumah saja.
- Pengeluaran untuk beli bensin motor yang sangat berkurang. Saya sendiri tidak pernah membeli bensin motor selama 2 bulan lebih!
- Pengeluaran jajan yang jauh lebih sedikit. Ini sebenarnya subyektif sih. Bagi kamu yang tidak jajan entah itu cemilan atau kopi di kantor, tidak ada perbedaannya pasti. Bagi saya yang hampir setiap hari ngopi (sekitar 10-15 ribu untuk 1 cup) tentunya WFH dapat membantu mengurangi pengeluaran jajan saya.
- Far less laundry! Yup, cucian semakin berkurang karena saya tidak perlu pakai kemeja dan celana panjang selama bekerja dari rumah.
Kalau sebelum WFH, kegiatan kantor sangat intens khusunya untuk meeting yang pada hari-hari tertentu bisa terjadi dari jam 09.00 – 17.00 secara maraton, ketika WFH menjadi slow down baby!!!, namun sub unit tempat kerja saya masih mewajibkan untuk dilakukan meeting update progress harian setiap pukul 13.00 WIB via Zoom. Dulu kegiatan update progress ini hanya dilakukan setiap Senin (sekali seminggu).
Believe me, I have never been a fan of any kind of meetings! Let alone a full day marathon meetings.
Me
Mengenai pola hidup, tentu saja ada perubahan. Kalau dulu setiap hari pasti keluar rumah, entah untuk kerja ataupun untuk kegiatan lainnya, memasuki masa-masa pandemic seperti ini kegiatan diluar rumah sangat saya kurangi. Saya bahkan hanya keluar rumah sekitar 2-3 kali seminggu, itupun hanya untuk membeli kebutuhan hidup.
Biasanya saya ke pasar hampir setiap pagi, tapi setelah wabah goddamn COVID-19 ini merebak, saya sudah tidak pernah lagi belanja di pasar. Jadinya untuk kebutuhan hidup sehari-hari saya hanya belanja di mini market (Alfamart atau Indomaret) dan sesekali ke pedagang buah.
Enter: Coffee –> Dalgona Coffee –> Insomnia
Ketika kita dianugrahi lebih banyak waktu luang, maka akan semakin banyak ide-ide yang bisa direalisasikan. Entah itu yang bisa memberikan peningkatan produktifitas, atau yang mengorbankannya. And believe me, I have done both! Please don’t tell my lawyer!
Selama ini saya hanya penikmat kopi biasa, yah kalaupun ada yang aneh-aneh ataupun yang mahal-mahal paling hanya kopi Vanilla Latte, Kopi Gula Aren entah di vending machine, Starbucks, ataupun kopi rasa kelapa dari Tanamera. Tujuan saya minum kopi paling untuk megurangi rasa kantuk disiang hari pas kerja, ataupun hanya sekedar untuk ngopi dan ngobrol saja.

Pas WFH, saya mencoba ide non-breakthrough yang saya pikir akan menambah produktifitas saya dalam bekerja dan melakukan aktifitas non value added khususnya dimalam hari. Saya menjadi semakin sering minum kopi setiap malam.
Pengakuan:
Awalnya saya hanya minum kopi saja, pak…
Me, innocently
Lalu kemudian saya tidak bisa tidur sampai jam 03.00 atau 04.00 dinihari.
Lalu beberapa hari kemudian, jam biologis saya berubah drastis. Saya bahkan tidak bisa tidur sebelum jam 07.00 pagi.
Bagi para kelelawar mungkin itu adalah anugerah, tapi bagi saya itu adalah semacam bencana.
Awalnya kegiatan ngopi malam non productive itu hanya terjadi di akhir pekan, karena…
Well, why not?
Me, arrogantly
Dan memang apa yang kamu lakukan dihari kemarin berdampak ke hari esok. Instantly.
Keesokan harinya ketika weekdays alias hari kerja sudah masuk, saya jadi kena stone, alias batunya.
Saya menjadi INSOMNIA, I mean, saya betul-betul tidak bisa tidur sebelum pagi. Dan akhirnya ketika jam kerja dari rumah saya jadi mengantuk.
Disaat saya sedang berusaha menerima kenyataan pahit bahwa saya menderita insomnia + anxiety, adik saya memiliki keterampilan tambahan.

Dia berhasil membuat tangannya pegal untuk membuat kopi yang lagi nge-trend: Kopi Dalgona.
Sweet Lord!
What a coffee it was. Rasanya lumayan enak sih, tapi yang bikin lebih enak adalah teksturnya yang lembut, dan penampilannya yang mengingatkanmu pada kopi fancy di kedai kopi yang well… terlihat fancy juga.
Uhum… Jadilah insomnia saya semakin berakar kedalam diri saya.
Terus terang saya merasa sangat kewalahan dengan insomnia ini, karena beberapa kali saya miss beberapa menit meeting via Zoom dan bahkan pernah sekali tidak ikut meeting (yang cukup penting) karena saya kesiangan.
Ceritanya begini:
Pukul 21:00: Saya masih main laptop. Besok akan ada meeting via Zoom dengan seantero jagad dalam divisi kerja kami. Semua orang diundang join meeting itu.
Pukul 00:00: Let’s just sleep.
My body & my head were lyke: What a joke. You are weak AF!!!
Saya masih belum bisa tidur, dan menganggap bahwa menonton YouTube dan membaca artikel bisa membuat saya mengantuk.
Itu tidak benar rupanya.
Pukul 02:00: Aaiight… Let’s just take some medicine to make me sleep.
Saya minum obat yang saya anggap bisa membuat saya cepat tertidur.
Akhirnya beberapa jam kemudian saya tertidur juga.
Meeting: 09.00
Bangun: 10:15
OMG… OMG…OMG!!!
Saya kesiangan.
Sweet Lord
Beberapa orang megirimkan chat kepada saya, mengingatkan untuk join zoom.
Waktu itu entah saya sedang dalam level mimpi keberapa dalam dunia Inception saya. Saya seperti pingsan, bro!
Dan akhirnya karena sudah setelat itu saya memutuskan untuk tidak join Zoom meeting. I am so sorry, fellas!
To wrap it up
Saya bersyukur dan berterima kasih bahwa kantor menginstruksikan untuk WFH alias kerja di rumah sahaja, sehingga resiko penularan virus Corona dapat diminimalisir.
Namun sebaiknya WFH ini dimanfaatkan dengan lebih bijak, bukan disalahgunakan dengan banyaknya Zoom meeting hal yang mengganggu pekerjaan.
Terus terang insomnia ini sangat mengganggu saya, dan entahlah rasanya anxiety saya juga bertambah belakangan ini, yang menyebabkan terganggunya produktifitas saya.
Saya sudah mencoba beberapa hal untuk mengembalikan jam tidur normal, seperti dengan melakukan excercise (in da house), tapi rasanya belum menunjukkan dampak signifikan. Mungkin ini akan butuh waktu.
Semoga COVID-19 ini cepat berlalu, supaya aktifitas dan perekonomian global bisa segera pulih, karena betapa menyedihkannya melihat saudara-saudara kita kehilangan pekerjaan mereka disaat seperti ini. Apalagi disaat bulan puasa seperti ini.
[UPDATE] Akhirnya jam tidur saya sudah mulai normal, dan saya sudah merasa lebih mudah tidur dimalam hari. 😀
Cheers, beloved reader!
Take care! 💗 you all 😊