Arigato Gozaimasu, Dr. Ihsan (Bagian 3)

Out of the box

Salah satu langkah “radikal” yang beliau ambil saat kami sedang menyusun tugas akhir adalah dengan memberi kami ruangan khusus untuk menyelesaikannya. Sebenarnya, kami mahasiswa tugas akhir sudah diberi ruangan sendiri untuk mengerjakan tugas akhir, namanya Studio Akhir. Kami harus menghabiskan waktu sekitar satu semester dalam ruangan berukuran sedang dalam pengawasan seorang dosen. Jenuh? Of course!

Dr. Ihsan paham kalau kami kadang tidak fokus dalam ruangan studio akhir, dan beliau memindahkan beberapa dari kami ke ruangannya. Saat itu, muncul beberapa isu, kalau kami diberi perlakuan istimewa. Bagi beberapa dosen, mungkin ini tidak baik dan tidak boleh. Tapi, tujuan Dr. Ihsan sebenarnya baik, dan sayangnya tidak mampu ditangkap oleh dosen lain. Apapun isu itu, Dr. Ihsan mengakui dengan gentleman kalau dia “keliru” dan akan berusaha untuk membereskan isu ini.

Tidak banyak dosen yang berbuat seperti itu demi mahasiswa bimbingannya. Dr. Ihsan adalah dosen yang paling aktif mengontrol mahasiswa bimbingannya didalam studio akhir. Dan mau tidak mau, mahasiswa malas seperti saya harus menyesuaikan diri dan termotivasi untuk bisa memperlihatkan progress.

Ujian seminar terbuka

Hari berganti minggu, minggu berganti bulan, beban pikiran bertambah, berat badan makin menurun. Ujian seminar terbuka makin dekat, dan beberapa hal masih belum fix. Menjelang ujian ada lagi satu masalah yang muncul, salah seorang dosen penguji saya tidak bersedia menguji saya. Saat itu saya khawatir kalau ujian saya akan batal. Segera saya hubungi Dr. Ihsan untuk meminta nasihat beliau mengenai masalah ini. Sekali lagi, beliau meyakinkan saya untuk tetap tenang dan membiarkan beliau menyelesaikan masalah ini. Bukan hal biasa, mengingat dosen penguji tersebut adalah dosen senior yang terkenal galak. Alhamdulillah saya diperbolehkan ujian meskipun salah seorang penguji tidak menghadiri ujian saya. Ujian seminar terbuka saya berlangsung lancar dan meskipun pressure nya tetap berat.

Setelah ujian seminar terbuka selesai, kami diberi waktu beberapa minggu untuk merampungkan perbaikan dari ujian pertama. Skripsi saya harus mengalami banyak perbaikan sebelum diuji pada ujian selanjutnya. Beberapa kali kami ke rumah Dr. Ihsan untuk membereskan perbaikan skripsi kami. Kami menghabiskan berjam-jam di rumah beliau, dan beliau tetap bersemangat membantu kami.

Saya menceritakan pengalaman bimbingan tugas akhir saya kepada orang tua saya. Mereka terkesan dengan kebaikan Dr. Ihsan selama membimbing kami. Mereka bilang ke saya kalau mereka tidak pernah mendapatkan dosen seperti itu selama kuliah dulu.

Ujian seminar tertutup

Tibalah hari ujian tertutup kami. Sekali lagi, waktu itu saya sangat kelelahan karena belum sempat tidur sejak kemarin harinya. Banyak hal masih harus saya bereskan beberapa terakhir sebelum ujian. Sebagian besar disebabkan karena printer saya yang sering trouble, dan desain AutoCad saya yang masih butuh perbaikan.

Ujian seminar tertutup ini lebih berat daripada seminar terbuka saya sebelumnya. Beberapa pertanyaan berat muncul, Alhamdulillah semuanya bisa saya jawab meskipun beberapa diantaranya kurang sempurna.

Role model

Bagi saya, Dr. Ihsan adalah orang yang sangat berjasa dalam membantu saya menyelesaikan Tugas Akhir saya. Bersama dengan Prof. Ananto, kami dapat merampungkan tugas akhir kami dengan tepat waktu. Saya sangat salut Dr. Ihsan atas kemampuannya yang bukan hanya dalam bidang akademik, tapi juga dalam hal lain. Beliau adalah seorang dosen yang mampu memberi semangat dan terus mendorong kami berpikir positif setiap ada masalah yang kami hadapi.

Saya sangat mengagumi cara beliau menghadapi masalah dengan tetap ikhlas terhadap apapun konsekuensi yang akan dihadapi. Beliau sangat baik kepada semua orang, dan selalu bersedia membantu orang lain. Beliau bukan hanya dosen yang baik, tapi lebih dari itu, beliau adalah seorang guru yang sebenarnya. Seorang guru yang bisa menjadi kawan yang selalu menyemangati dan meyakinkan kalau kami bisa melewati ini semua dengan baik. Kami sangat menyayangi dan menghormati beliau. Suatu saat nanti kalau saya menjadi pengajar, maka panutan saya adalah beliau.

Untuk semua yang telah bapak berikan kepada kami, kami ucapkan terima kasih yang tak terhingga.

Mohon maaf atas segala kesalahan yang pernah kami perbuat, Sensei.

Share the Post
Rizqi Fahma
Rizqi Fahma

I read, I write, I bike, I swim, but I don't smoke.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.